Sabtu, 21 Juni 2014

Cerpen : Ditolak itu, sakitnya Disini (Nunjuk Mata)

DITOLAK ITU, SAKITNYA DISINI (NUNJUK MATA)
(oleh : Khoerul Umam)


S
aat gue SMP, gue dikenal sebagai orang yang pintar, pendiam, baik hati, cakep, dan gak sombong, ya itu kata ibu gue, kalau kata temen gue, gue juga gak tau. Gue jomblo tapi tipe jomblo mulia bukan kebanyakan jomblo sekarang yaitu Jones alias Jomblo ngenes. Gue pernah mencintai seseorang dan itu cinta diam. Tau cinta diam? Cinta diam itu perasaan yang dipendam oleh diri kita sendiri, kata lainnya sih diam-diam suka.


Waktu kelas tujuh SMP gue mengenal seorang perempuan yang menurut gue oke banget, namun saat lagi seneng-senengnya, perasaan gue ke dia hilang gak ada sebab bagaikan bulan ditelan naga (dibaca : gerhana bulan).

Setelah itu gue pernah diam-diam suka pada perempuan sekelas gue, namun kali ini gue punya saingan, saingannya gak berat, tapi sangat berat. Lagi-lagi perasaan itu lenyap ketika dia pindah kelas. Tapi gue yakin itu bukan karena gue, karena pas gue hubungin penyebabnya teman gue. Syukurlah.
Satu tahun berlalu dan gue siap meninggalkan kelas tercinta untuk masuk kekelas yang baru. Gue gak bisa ngelupain kenangan gue waktu di kelas tujuh, yang paling berkesan adalah saling nyontek dan saling ejek (Don’t Try It at Home).

Gue masuk ke kelas Delapan, gue bersyukur karena masuk ke kelas unggulan dengan muka pas-pasan. Selain senang karena masuk kelas unggulan, gue juga senang karena ada siswa-siswi baru yang masuk ke sekolah gue, gue harap sih siswanya cool, siswinya cakep, dan itu hanya hayalan belaka.
Teman baru gue dapatkan di kelas unggulan ini, walaupun dulu juga sudah berteman, tapi bedanya dulu beda kelas sekarang satu kelas. Namanya Riko dan Fery, temen yang selalu ada saat gue sedih dan saat gue gak punya uang.

Waktu MOS berlangsung, tadinya gue bertiga mau mencari sasaran buat ditembak (bukan hewan sumpah) dan kayaknya gak ada yang seru sama sekali, maklumlah waktu MOS berlangsung wajah para bidadari tercoreng oleh bedak hukuman (gayanya bidadari -_- ).

Tiga hari berlalu waktu MOS, Gue Riko dan Fery Cuma bisa melamun di kantin sekolah, maklumlah karena kantin adalah tempat melamun kedua terbaik setelah WC. Seorang adik kelas yang bisa dibilang cantik datang ke kantin tempat gue dan teman-teman melamun. Sontak gue dan teman-teman langsung fokus terhadapnya (kalu pada fotografer namanya Auto Fokus).

Pas dia menoleh, dia langsung melihat gue bertiga, dilihat dari mulai si Fery dia cemberut, si Riko juga sama, dan Pas gue dia tersenyum. Sungguh hati gue terasa terbang diluar angkasa bagaikan dicuri alien dengan muka hancur. Tak lama kemudian dia pergi masuk ke kelasnya.

“Kasian kena malu, hahaha” kata si Riko

“Lo juga keles.. (rada alay)” jawab si Fery

“Gue iri ama lo bro, kok dia senyum sih ama elo?” tanya si Fery dengan muka berharap datang keajaiban.

“Itumah dari muka masing-masing, semakin cakep, semakin lebar senyumnya” jawab gue rada sombong

“Ya kampret itu kayak gini” balas Fery kesal

Dari mulai kejadian itu, gue mulai menyukainya. Namun sama seperti cinta gue dulu yaitu diam-diam suka. Waktu itu gue gak tahu namanya, maklum karena dia baru sekolah disini. Gue cari informasi tetangnya salah satunya adalah nama. Gue nyari nama dia di buku absensi kelasnya, dan ketemulah namanya. Perasaan senang langsung masuk ketubuh gue bagaikan setan yang mau membuat orang kesurupan. Namun gue kaget karena apa yang gue cari tidak sesuai harapan. Ya, nama yang gue cari tidak sama alias salah nyari nama.

Orang yang diam-diam suka itu hebat banget, karena dia bisa tahu semua hal tentang perempuan yang mereka sukai termasuk gue. Gue hafal betul warna kesukaannya yaitu pink, gue juga tahu bintang dia apa yaitu Libra. Dari mana kita tahu hal-hal seperti ini? Kami dapatkan hal seperti dari teman-teman sekelasnya.
Petualangan gue mendapatkan dia berlanjut, kini gue mau mendapatkan no hapenya. Dan akhirnya gue dapet, langsung dari dianya, keren kan gue?

Dari sejak itulah gue sering smsan sama dia, dan gue sering bertanya mengenai kehidupannya. Gue berfikir mungkin dia juga suka sama gue karena setiap gue bertanya dia selalu jawab.

“hai” ketik gue di pesan

“hai juga” balasnya

“kenalkan gue khoerul, anak kelas delapan, ini yang waktu itu dikantin kan?”

“iya, oh kenalkan aku ‘khanza Aulia Rahmatika”’

Mimpi apa gue semalam bisa smsan dengan wanita tercantik di sekolah gue. Namanya saja sudah bagus apalagi wajahnya, bidadari kalah men.

Gue juga sempat menanyakan tanggal lahirnya, dan untung gue gak sebodoh si Fery dan Si Riko.

“kalau boleh tau, kamu lahir tanggal berapa?” biasa basa-basi dulu.

“aku lahir pas hari TNI” jawab dia

“mampus dah gue, gak tau lagi kapan hati TNI itu” pikir gue

Untungnya waktu itu gue punya buku saku pramuka yang dibagian belakangnya ada hari-hari penting indonesia.

“akhirnya gue dapet juga kapan tanggal lahirnya” dalam hati gue

“5 oktober ya?” balas gue

“iya, kalau kamu” jawab dia

“asyik dia mau tau kapan tanggal lahir gue” dalam hati yang sedang berbunga

Supaya gak keliatan bodoh, gue pake gaya dia untuk menjawab hari ulang tahun gue.

“sehari sebelum sumpah pemuda” balas gue

“27 oktober ya?”

“iya” jawab gue senang

Percakapan itu berlanjut sampai akhirnya kami mengantuk dan tertidur pulas. Mungkin itu malam terbaik gue dalam sejarah
Esoknya seperti biasa gue berangkat kesekolah dan pas istirahat gue selalu ngetem di kantin sekolah.

“wuih..kenapa loh senyam-senyum sendiri” kata si Fery

“gue lagi senang Fer, semalem gue habis smsam sama cewe yang kemarin kekantin bro”

“oh yang senyumnya Cuma ke lo ya”

“iya dong mau yang mana lagi, sepertinya dia juga suka ama gue bro, soalnya dia suka senyum ama gue kalau lagi ketemu”

“tembak aja bro, mumpung di suka ama lo” sambung si Riko

‘tembak? Gue belum siap bro kalau urusan begitu”

“ye daripada nanti lo nyesel, kalau dia sama orang lain gimana?”

“iya nah lo gimana?” kata si Fery

“kalau urusan nembak menembak gue belum siap”

“ya udah itu sih terserah loh, kita Cuma nyaranin aja, iya gak Fer”

“betul banget”

“jangan nyesel nanti kalau dia udah punya pacar, nanti loh menyendiri, nanti stres, nanti loh bunuh diri dari atap rumah loh sambil setengah telanjang, trus pala loh pecah, terus loh mati, trus kita kehilangan loh gimana?” kata si Riko sambil nasihatin gue

“haha gak mungkin bro gue kuat gak bakal gue bunuh diri” jawab gue sedikit takut

“dengar bro, dia itu cewek cantik, pasti banyak yang mau dan banyak saingannya, kalau gak cepet-cepet rugi loh” kata si Fery meyakinkan

Hening

Bel masuk berbunyi dan gue masuk kekelas gue bersama teman-teman gue walaupun hati gue mulai layu lagi karena perkataan teman gue tadi.

Itulah efek dari diam-diam cinta, gue harus siap dia bersama orang lain dan bahagia bersama orang lain. Andaikan saja ‘Rahma’ mengerti perasaan gue.

Sejak perkataan teman gue, gue mulai berfikir bagaimana caranya gue dapetin dia, bagaimana caranya gue nembak dia. Hal-hal konyol gue lakuin seperti ngomong di depan kaca. Gue berlatih bagaimana caranya nembak cewek yang disukai dari mbah google. Gue pelajari semuanya mulai dari yang simple ‘hai, kamu boleh gak jadi pacar aku?’ sampai yang ekstrim ‘jika kamu harus memilih bunga mawar, kamu mau yang kuning apa merah?’ (baca : kuning, teman. Merah, Pacar).

Namun gue belum siap, untuk menembaknya karena ini baru pertama kali gue nembak seorang yang gue cintai. Dan akhirnya perkataan temen baik gue benar adanya. Hari-demi hari dia tidak senyum lagi pada gue, gue rasa dia udah mulai bosan ama gue. Dan inilah hal yang paling sulit, yaitu mengembalikan rasa cintanya pada gue.

“haha loh kenapa? Kok kayak orang linlung?” tanya si Riko

“gue galau bro, ternyata bener kata loh gue gak cepat-cepat nembak, jadinya kayak gini”

“loh sih gak mau dengerin kita” Jawab si Riko

“emang apa yang terjadi ama loh berdua?” tanya Fery heran

“gue rasa dia udah gak suka ama gue lagi bro, setiap ketemu sekarang dia cuek, bada ama dulu yang selalu senyum tersipu malu (tadinya mau tersapu, tapi nanti dikira kayak tukang bersih-bersih lagi)”

“ya mau gimana lagi, udah coba tembak aja bro, urusan jawabanmah nanti aja” jawab si Riko

“okelah gue akan tembak dia” kata gue agak sedih

“itu baru temen gue” Riko dan Fery memberi semangat

Hari jumat adalah hari yang paling gue takuti waktu itu, karena dihari itu gue akan nembak seseorang. Masih ingat betul  gue nembak dia waktu hari jum’at jam dua siang sehabis sholat jumat. Gue mempersiapkan segala sesuatu seperti air minum jika ditolak, dan terompet jika diterima. Gue juga sudah nyembunyiin alat-alat tajam seperti pisau, gergaji, dan tambang, untuk jaga-jaga supaya gue gak bunuh diri.

Gue buka hape gue dan gue mulai ngetik “I LOVE YOU”

Langsung gue tutup tuh hape pake bantal dan gue keluar dengan perasaan gelisah bagai nunggu ibu hamil, gue minum segelas air, dua gelas, tiga gelas, dan yang ke empat gak jadi gue minum karena udah kembung.
Tut..tut..tut.. suara hape gue. Hah gue kaget ternyata gue dibales, gue pelan-pelan buka hape gue bagai seorang penjudi yang sedang membuka kartu remi. Dan hasilnnya wah ditolak.

“sorry i don’t love you" balasnya

“Tidaaaaak” dalam hati gue. Mata gue perih liat tulisan di hape gue. Mata gue memerah dan gue langsung kekamar mandi untuk cuci muka karena mata gue sakit lihatnya.
Sejak kejadian itu, gue mulai gak suka ama dia.

Esoknya seperti biasa gue dan temen-temen nongkrong di kantin sekolah.

“gimana bro udah loh tembak tu cewek?” tanya Riko

“udah bro”

“trus gimana bro?” tanya Fery

“Gue ditolak bro”

“ditolak? Gak apa-apa bro, namanya nembak, yang penting loh udah berusaha” kata Riko menenangkan hati gue

“tapi sakit bro” jawab gue

“hei bro, namanya cinta di tolak itu pasti sakit hati, tapi itu tidak lama kok kalau loh semangat lagi”

“tapi bro..”

“udahlah sabar”

“tapi bro..”

“Udah kita selalu ada buat loh fren.. tenang”

“bukan itu maksud gue bro, mata gue yang sakit bukan hati gue”

“hah..kenapa?” tanya mereka

“kemarin gue nembak dia pake hape, pas gue liat balasannya mata gue yang sakit..”

“ya udah lain kali langsung nembak depan cewenya jangan depan hape biar hati loh retak sekalian. Dasar..” kata mereka


Dari situlah gue sadar bahwa nembak lewat hape itu bukan sakit di hati tapi di mata. Ditolak itu, sakitnya disini (nunjuk mata).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar