Selasa, 08 Juli 2014

Diam-Diam Suka

DIAM – DIAM SUKA
(Oleh : Khoerul Umam)


S
etelah kajadian itu, rasa cinta gue mulai luntur. Tak ada komunikasi, dan gue pikir dia juga sudah melupakan gue. Namun gue selalu positive thinking agar gue dapat hal-hal yang positif. Gue udah menyesal, namun sekarang tinggal Fery teman gue yang merasakan Diam-diam suka.

Namun gue yakin Diam-diam suka itu bukan penyakit menular tapi apa yang terjadi pada si Fery benar-benar terjadi. Gue udah nyaranin ama dia supaya cepet-cepet nembak, namun dia juga sama kayak gue, alasannya belum siap.

“Udah bro tembak aja tuh si Putri (incaran si Fery)” tanya gue

“gue belum siap bro” jawab si Fery

“loh si sukanya niru gue, gue dulu sakit mata, gue gak mau kalau loh lebih buruk dari sakit mata”

“tapi bro gue belum siap, mungkin gue butuh beberapa hari untuk berfikir”

“ok lah terserah loh, gue ama Riko siap bantu eloh, ya itung-itung bayar hutang gue dulu yang udah bantuin gue”

“terima kasih kawan kau sangat menyentuh hati”

“Hha lebay luh”

Sebenarnya, menurut gue si Fery itu sangat mudah untuk mendapatkan seorang cewek, apalagi yang ia sukai. Orangnya sedikit cakep, pintar dikit, tapi bodoh. Ya, dia bodoh karena ketika dia bertemu langsung, dia seperti orang linglung.

Bodohnya sih sama kayak gue, karena gue juga pernah seperti itu, namun beda, kalau gue itu berkelas, kalau si Fery, ahsudahlah.

Dia selalu memperhatikan si Putri kalau lagi dikelas, tempat duduk yang dekat jendela memudahkan dia untuk melihat gerak-geriknya. Namun , kalau sedang melihat cewek, dan kemudian cewek itu melihat kembali, Si Fery langsung membuang muka, bodohkan? Kalau gue, mungkin akan gue kasih kedipan terindah sepanjang hidup gue.

Pernah suatu ketika, si Fery lagi memperhatikan si Putri, dan pas si putri menoleh ke arahnya dia langsung membuang mukanya dengan kecepatan melebihi valentino Rossi, dan kepalanya mengenai temannya yang kemudian temannya di bawa kerumah sakit terdekat karena kepala temannya mengeluarkan darah.

Orang yang diam-diam suka itu sebenarnya mempunyai rasa sakit yang mendalam, apalagi jika orang yang dicintainya sedang bercanda dengan cowok yang lain. Argh... pasti orang itu sangatlah cemburu.

Sama seperti gue, Fery juga banyak berlatih untuk mendapatkan gebetannya. Namun dia lebih parah. Selain mencari cara bagaimana cara mendapatkan orang yang dicintai, dia juga sangat sering nonton sinetron ftv yang menurut gue sangatlah alay.

Waktu itu gue, Riko dan Fery sedang berada di kamar mandi, seperti biasa kami selalu bertiga jika kemana-mana. Disaat itulah Fery melihat Putri yang sepertinya dari perpustakaan meminjam buku.

“ada putri tuh bro” kata Fery dengan nada senang

“iya udah tau, emang kenapa” jawab Riko

“gue punya trik nih, trik ini gue dapatkan dari ftv indonesia”

“apa ftv? jadi loh sering nonton ftv?” tegas gue

“iya bro semenjak gue cinta ama seseorang gue jadi semangat lihat ftv, gue pengen belajar bagaimana caranya merayu cewek, menembak cewek dan lainnya” jelas Fery

“tapi gak harus nonton ftv juga kan? Alay tau” kata Riko

“udah-udah, nih liatin trik gue”

“emang trik loh apaan?” kata gue penasaran

“gue akan pura-pura jalan kearahnya dan pura-pura gak lihat terus gue akan menabrakan diri gue ke dia dan bukunya jatuh lalu aku ambil sambil bertatapan” jelas Fery

“terserah loh deh” kata Riko

Briliant juga trik si Fery, namun menurut gue itu sangatlah berlebihan.

Fery mengajak gue dan Riko untuk jalan di lorong sekolah mendekati si Putri, sengaja si Fery membalikan arahnya dan berjalan mundur agar bisa bertabrakan dengan si Putri.

“loh yakin bro akan berhasil” kata Riko

“gak yakin sih, tapi gue harus positive thinking” jelas nya

Tak lama kemudian, muncul guru killer di depan pintu sambil membawa segelas teh.

“wah gawat bro” kata gue ke Fery

“gawat kenapa?” jawab Fery

“tengok aja sendiri”

“aah..kalo gue nengok ntar gagal lagi triknya”

“tapi bro loh harus nengok dulu”

“udah tanggung nih hampir bertabrakan”

“tapi bro” kata Riko

“iya bro, tapi” sambung gue

“tapi apa?” Fery bingung

“di belakangmu ada guru bego” kata gue dan Riko

Brakkkkk Praaang. Fery menabrak pak guru sampai gelasnya pecah. Dan Putri lewat melewati kami dengan santai.

“kenapa loh gak ngomong dari tadi..” Fery ketakutan

“loh sih gak mau dengar, kan gue udah bilang tengok kebelakang” kata gue nyesel

“m-m-maaf pak maaf saya gak lihat bapak” Kata Fery sambil gemetar

“Cepat beresin gelas nih, dan jika sudah pergi menghadap saya” Pak Guru berkicau

“mampus dah gue..” Fery menyesal

“kita bantu doa aja ya bro” kata gue Dan Riko
“Tidaaaak”

Ke esokan harinya gue lihat Fery sedang sedih, mungkin karena kemarin dia gagal ‘menabrakan’ dirinya ke putri. Seperti biasa gue dan teman-teman mejeng di Kantin sekolah bertiga. Disitu Fery terlihat galau.

“Hai bro” Sapa gue

“hai” jawab mereka

“kenapa loh Fer, galau? Tenang men, sabar aja” kata gue sok menasehati

“iya bro” jawab Fery loyo

“Eh ntar malem temenin gue bisa gak bro, keluarga gue mau ngunjungi sodara gue, gue sendiri gak seru nih bro” kata gue

“wah kalau ntar malem gue juga mau nengok sodara di Rumah sakit bro, sory gak bisa” Kata Riko menolak dengan lembut

“kalau loh Fer?” tanya gue ke Fery

“gue sih bisa aja” kata Fery

“ok lah, sekalian nanti kita ngomongin penyakit yang kita alami”

“penyakit apa bro?” tanya Fery

“DDS” jawab gue

“apa tuh DDS?” tanya Fery bingung

“Diam-Diam Suka” jelas gue

“ya elah... ok lah”

“gue tunggu ya bro”

Malam itu gue di rumah sendiri karena keluarga gue mau ngunjungi sodara yang jauh. Gue gak ikut karena gue mau sekolah jadi gue sendiri. Untung si Fery datang pada malam itu.

“Hai bro..” sapa Fery

“eee... ko loh keliatannya masih galau aja bro” jawab gue

“gue bingung bro, gue harus ngapain lagi, gue capek ngejar cewek yang belum tentu cinta ama gue” jelas Fery

“gue dulu juga sama bro, ah udah masuk aja dulu nanti kita diskusikan” jawab gue

Di dalam rumah gue sama Fery ngobrol mengenai orang yang di cintai. Namun, Fery kelihatannya sedang dilanda galau berat, sebagai temen gue saranin dia untuk nembak si Putri.

“udahlah bro loh tembak aja si putri” jelas gue

“ya bro, mungkin gue harus nembak dia, daripada gue galau seharian memikirkan dia” lanjut Fery

“urusan di tolak nanti aja di pikirkan belakangan. Gue juga sama dulu, gue dulu takut dan setelah gue di tolak gue biasa aja tuh, kalau kita di tolak saat nembak, itu artinya tuhan sedang menyiapkan yang terbaik buat kita bro” kata gue sok Mario Teguh

“iya juga sih bro, ya udah deh gue tembak dia”

“itu baru teman gue”

Fery mengambil handphonenya dan dia mulai memasukan no Putri, saya rasa dia akan menghubunginya. Gak kaya dulu gue pake sms untuk nembak dia.

“masuk bro” kata Fery

“bagus itu” jawab gue

“Hallo” Putri menjawab panggilan

“H-h-hallo, ini putri ya?”

“iya ini siapa ya?

“gue fery, anak kelas delapan yang selalu liatin kamu di kantin”

“maaf aku gak ingat, ini fery yang pake topi bukan?” tanya putri penasaran

“ekh bukan-bukan, gue fery gak pake topi, selalu di kantin bersama dua orang bodoh teman gue” jelasnya

“Apaaaa..gue bodoh” Gue kesel

“ssst..ini hanya akting aja” jelas Fery

“Ohhh...Fery bencong ya?”

“Bro dia ngatain gue bencong?” kata Fery ke gue

“Tutup..bro....tutuuuup!” tegas gue

Sepertinya Fery kesal akan jawaban si putri, dia di sangka bencong sama si putri. Gue suruh tutup tuh hp karena gue melindungi harga diri teman gue. Masa iya si fery suruh jawab ‘iya aku fery bencong dan malam ini aku akan ngetem di terminal'

Saat kami sedang menyelesaikan masalah, tiba-tiba si putri nelpon ke si Fery lagi, sudah pasti si fery seneng kayak dora yang sudah melakukan perjalanan jauh.

“ekh si putri nelpon lagi” kata fery kegirangan

“wah kesempatan bagus bro, cepet jawab” kata gue

“Hallo” sapa Putri

“iya hallo” jawab Fery rada gemetar

“maaf soal tadi, aku gak sengaja ngomong” putri meminta maaf

“oh iya... gak papa kok”

“bisa gak kita besok ketemuan?”

“dia ngajak ketemuan bro” kata fery ke gue dengan mata penuh air mata

“bener bro?, selamat bro, cepet jawab bro” kata gue memberi ucapan selamat

“iya boleh put, ketemuannya dimana?” tanya fery ke putri

“di kantin bisa kan?”

“bisa-bisa” Kata Fery seneng “Terima kasih...Tuhan”

Ke esokan harinya Fery kelihatan sangat berbeda dari biasanya, yang biasanya sedikit ngawur dalam berpakaian, sekarang dia lebih rapi. Yang tadinya bau, sekarang sedikit wangi. Ingat hanya sedikit.

Gue, Riko dan Fery udah mempersiapkan sebuah rencana, jadi nanti fery duduk di pinggir kami berdua, karena kalau kami bersama fery, nanti kami di sangka bodoh.

Setelah lama menunggu, akhirnya si putri datang, dan wajah si Fery memerah bagai strawbery yang baru mateng. Unyu banget.

“ini fery yang semalem nelpon ya?” tanya putri

“iya put, ini gue” jawab fery

“maaf ya semalam saya salah sangka, kirain kamu fery yang kayak bencong itu, maaf ya”

“oh gak apa-apa put” “ ekh ada yang mau aku beritahu sama kamu” kata fery sedikit malu

“apa itu?” putri penasaran

“sebenarnya aku selama ini sangat mencintai kamu, tapi aku takut aku tak pantas buat kamu, aku takut kamu kecewa. Tiap di dalam kelas aku sering memperhatiin kamu, saat istirahat juga aku sering memperhatiin kamu. Aku ingin kamu tahu perasaanku, aku sayang kamu, aku cinta kamu”

“katakan fer...katakan fer...katakan fer..’ gue dan riko memberi semangat

“Mau gak kamu jadi pacar ku?” kata fery sedikit ragu mengatakannya

“Yeahhhhh..” teriak gue dan Riko seneng

“ih aneh tuh orang” “iya aneh” teriak sendiri” kata orang lain yang ada dikantin, sepertinya ditujukan ke gue dan riko

“waduh jadi malu sendiri” kata gue dan Riko dalam hati

“maaf, bukannya aku tak mau menerima kamu, tapi aku sudah punya pacar, maaf ya..bagaimana kalau sahabat?”

“ooouhh... sangat menyentuh hati” kata gue dan Riko

“ya udah lah gak papa kok, semoga kamu bahagia dengan pacar kamu” jawab Fery kembali galau

“maaf ya aku mau pergi dulu, dahh” kata putri meninggalkan kami

“iya dahh” jawab Fery

“gak papa bro, ditolak itu wajar, untung loh mau jadi sahabatnya, lah gue” kata gue menenangkan hati Fery

‘iya bro sabar aja ya” Kata Riko sama menenangkan Hati fery

“iya bro terima kasih, setidaknya gue sudah berusaha untuk ini”

“ekh bel masuk tuh... cepat bro sekarang pelajaran guru killer” kata Riko

“oh tidaaakk” teriak Fery

“kenapa bro? Jangan-jangan loh gila karena diputusin tadi” tanya gue

“bukan itu bro, kemarin gue menghadap tuh guru karena waktu itu gue nabrak tuh guru. Terus katanya ada tugas tambahan buat gue hari ini”

“kasihan banget hidup loh” kata gue dan Riko




Tidak ada komentar:

Posting Komentar